menjadi mahasiswa dengan IP yang luar biasa tapi
tidak bisa memberikan sesuatu untuk kedua orang tua, atau menjadi mahasiswa
dengan IP standart. Kira – kira
sebagai mahasiswa yang mana yang bakal teman-teman pilih ?
pasti kebanyakan memilih punya IP luar biasa dan selalu membanggakan kedua orang tua, ya kan ? sekali lagi saya di buat galau nih dengan yang namanya nilai
akademik. Tahun ini sudah keempat kalinya saya dapat nilai yang di bawah
standar. Alasannya sama, ada karena malas :D, karena teman, karena tumpukan
tugas yang aneh – aneh, dan lain – lainnya. Gara – gara perkuliahan
yang rada gak jelas, saya lebih banyak bermain bersama teman . Soalnya di sana saya bebas berfikir dan mengeluarkan
pendapat saya, beda ketika berada di kampus yang notabene mahasiswa
harus ikut aturan dosen dan kampus. Waduh, kapan berkembangnya kalau
gini -_-. ahaha
yang jadi pertanyaan, kenapa di Indonesia yang lebih berkembang
itu cenderung Universitas yang berada di dekat ibukota, sedangkan yang
lain seperti di pulau Sumatera, Kalimantan, bahkan Papua sekalipun
cenderung memiliki kualitas standar. Ya mungkin ini hanya sebuah asumsi,
karena memang tidak semuanya berkualitas standar, ada beberapa yang
memiliki kemajuan yang sangat pesat di atas standar saat ini. Tapi
kenapa semua harus berbeda, kenapa nggak disama ratakan saja kualitas
pendidikan di setiap daerah ? Apa karena otonominya ? Jadi setiap daerah
harus mengembangkan sendiri kualitas pendidikannya ?
Andaikan, ini hanya berandaikan saja sih. Kalau semua daerah punya
kualitas atau standar pendidikan yang sama, pasti Indonesia bakal maju.
Misalnya, ada universitas di Jawa yang menyediakan fasilitas penelitian
yang lengkap untuk mahasiswanya agar dapat mengembangkan penelitian
mereka, dan di pulau Sumatera juga begitu, fasilitasnya sama lengkapnya
dengan di Jawa, pasti deh tak ada rasa enggan di hati setiap mahasiswa
untuk dapat mengembangkan dan menuangkan ide mereka. Tapi sekali lagi
itu hanya andai saja.
Soalnya banyak teman – teman saya yang cenderung berpatokan jauh.
Lebih enak kuliah di Jawa, kualitas pendidikannya sangat terbaik disana.
Fasilitas lengkap, dan mahasiswanya rata – rata berprestasi. Nah,
ketika semua pada berpatokan ke pulau Jawa, pulau – pulau seperti
Sumatera, Kalimantan, Papua ditinggalkan, dan otomatis Universitasnya
hanya menyediakan fasilitas “seadanya” untuk mereka – mereka yang tidak
punya kesempatan kuliah di Pulau Jawa. Salahkah pendapat saya ini ?
Ya, mungkin ini hanya sedikit sindiran untuk pemerintah, terutama
daerah sih. Dan terutama lagi pihak Universitas. Mahasiswa itu bukan
sebuah prototype makhluk hidup yang bisa di kekang hidupnya. Mereka
butuh napas dan tempat untuk menuangkan isi pikiran mereka yang brilian.
Sediakan fasilitas pendidikan untuk mereka. Jangan ada diskriminasi
antara mahasiswa yang miskin dan kaya, yang malas dan sok-sok rajin,
yang terlihat lemah dan kuat, karena sebenarnya kualitas dari mahasiswa
itu ditentukan oleh faktor fasilitas dan logistik yang mereka dapatkan.
Kalau ada Universitas yang banyak mahasiswanya jadi mahasiswa Abadi,
maka yang di koreksi paling utama itu bukanlah mahasiswanya, tapi
Universitasnya. Itulah pendapat saya sebagai seorang mahasiswa. Memang
mahasiswa di haruskan mandiri, mencari ilmu sendiri, tahan terhadap
tekanan dan kekangan, tapi mahasiswa juga butuh yang namanya bimbingan.
Bukankah kami para mahasiswa adalah calon pemimpin bangsa di masa depan,
yang sering dijuluki sebagai Agen of Change, Agen of Control dan
julukan – julukan lainnya.
Sekali lagi ini hanya sebuah opini dari seorang mahasiswa galau.
Jangan di tanggapi ya teman – teman, ambil hikmahnya saja, karena saya
hanya ingin mengapresiasikan pendapat saya.. hehe :D
Sabtu, 13 Oktober 2012
Bahasa indonesia di luar negeri?
1. Bagaimana bahasa Indonesia di luar negeri?
2. Apakah banyak orang luar negeri yang mengetahui bahasa indonesia?
3. Bagaimana tanggapan orang luar negeri terhadap bahasa indonesia?
4.Apakah ada komunitas atau tempat pembelajaran bahasa Indonesia di luar negeri?
jawab :
Langsung to the point yah.....
Menurut g:
1. Belum sebooming seperti bahasa Inggris / mandarin
2. Sebagian besar tidak tau bhs indonesia kecuali negara tetangga
3. Bahasa Indonesia mudah dipelajari
4. Ada, contohnya di Australia sudah dijadikan mata pelajaran, dan guru bahasa Indonesianya sendiri orang Australia juga.
sumber : http://id.answers.yahoo.com/question/index?qid=20090426234815AA7LMhz
Langganan:
Postingan (Atom)